Minggu, 06 November 2011

Anak Muda dan Budaya Pancasila




Mendaki gunung atau berkemah di hutan rimba adalah salah satu kegiatan yang sangat menarik minat saya. Sebuah aktifitas yang saya kenal pertama kali sewaktu ikut Pramuka di SMP. Kegiatan ini membuat saya ketagihan sehingga saat duduk dibangku SMA, saya segera bergabung dengan Komunitas Siswa Pencinta Alam. Karena efek ketagihan ini jugalah yang membuat saya merasa harus bergabung dengan MAPALA sewaktu saya masih berstatus sebagai mahasiswa.

Dulu... Saya sempat berfikir setelah saya sarjana maka saya harus pelan-pelan melupakan hobi saya yang satu ini karena waktu saya pasti habis diruang kerja. Ternyata Tuhan Maha Bijaksana, saya selalu diberikan waktu untuk bisa menikmati Maha Karya-Nya diantara rutinitas hari kerja. Untunglah selalu saja ada tanggal yang dibuat untuk para pekerja agar bisa menikmati hari liburnya. Ah... Indahnya...

Tapi yang paling indah dari semuanya adalah ketika saya bisa seperjalanan dengan anak-anak muda. Kadang-kadang kurang nyaman juga sih, sebab dalam tim jadinya saya yang dianggap terlalu tua jadi kalau ada apa-apa (biasanya soal perselisihan pendapat khas orang muda) jadinya saya yang merasa bertanggung jawab untuk mendamaikannya. Tapi banyak enaknya juga. Saya bisa tetap update soal tata bahasa mereka dan wawasan mereka dibidang informatika.

Generasi muda saat ini adalah generasi teknologi informasi yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan internet. Sebuah media yang menawarkan keterbukaan dan bersifat mendunia serta mampu merubah pola komunikasi penggunanya. Secara perlahan, pola komunikasi barupun terbentuk. Jutaan anak muda akhirnya lebih akrab melakukan komunikasi secara elektronik. Kata-kata tergantikan dengan lambang-lambang alfabetis dan ekspresi digantikan dengan aneka simbol karakter yang serba digital. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi satu hal yang paling mendasar dari sebuah bangsa, salah satunya adalah bahasa resmi sebuah negara.

Layanan pesan singkat atau status seseorang di jejaring pertemanan sosial internet sering sekali dapat kita temukan tata bahasa yang melenceng jauh dari struktur bahasa Indonesia. Kata "aku" dijadikan "q" atau "kamu" menjadi "u" serta sisipan kata berbahasa asing yang dipaksakan masuk kedalam kalimat adalah salah satu contoh yang saat ini seolah bukan menjadi hal yang aneh lagi. Belum lagi kemunculan apa yang mereka sebut dengan bahasa alay sehingga ada kesan jika mereka tidak terlibat dalam fenomena ini dapat dikategorikan "kurang gaul". Tapi tentu saja saya tidak menyalahkan para anak muda ini sepenuhnya. Lihat saja situs-situs kita yang terkenal. Kebanyakan dari mereka lebih bangga menggunakan bahasa inggris dari pada bahasa Indonesia di halaman web-nya (Anda bisa membandingkan dari dua gambar situs yang saya sertakan. Yang satu adalah situs asli Indonesia dan yang kedua adalah situs luar dengan edisi bahasa Indonesia). Pelan-pelan, kepopuleran Bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai meredup.



Kita semua pasti tahu bahwa bahasa adalah bagian dari budaya. Budaya Indonesia pastinya ber-ideologikan Pancasila sebagai dasar negara. Sebuah keterkaitan yang tak bisa dipungkiri bukan?

Nah, maka jangan heran ketika nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sekarang ini mulai terabaikan dikalangan generasi muda. Sebab dalam skala paling kecilpun dimana lingkungan mereka berada tidak sedikitpun memberikan tanda-tanda kebanggaan sebuah bangsa.

Saya mencoba beranalogi. Jika teknologi informasi diibaratkan sebagai lingkungan masyarakat yang sangat bebas dan Pancasila dianggap sebagai sebuah keluarga kecil yang harmonis serta memiliki nilai-nilai luhur yang diterapkan didalamnya, anak kecil dikeluarga tersebut tentunya pasti sangat beruntung sekali. Semua orang bijak pasti setuju bahwa keluargalah pihak pertama yang paling bertanggung jawab untuk menciptakan karakter si anak tadi. Pendidikan karakter bukan terbentuk dari slogan dan dogma-dogma, kawan. Dia lahir dari kebiasaan dan tertanam dalam di alam bawah sadar....

5 komentar:

  1. Bagus banget tulisannya,saya jadi sadar bahwa selama ini telah lari dari budaya pancasila karna takut dianggap ga gaul ma temen-temen, moga dengan adanya tulisan ini kita menjadi anak muda yg lebih mencintai budaya dan bahasa bangsa sendiri yang beridiologikan pancasila. thanks,good luck and ditunggu tulisan lainnya...

    BalasHapus
  2. mantap ... semoga tulisan ini dapat menjadikan sebuah motivasi untuk para anak bangsa yang saat ini telah luntur dari budaya indonesia kita sendiri.

    BalasHapus
  3. @Anonim : terima kasih.

    @recha april : semoga dan terima kasih atas kunjungannya.

    BalasHapus
  4. Izin numpang Copas Pak

    BalasHapus
  5. Silahkan. Jangan lupa sertakan sumbernya ya. :)

    BalasHapus